Kampus kami
belum lama ini baru menyelesaikan Ujian Tengah Semester (UTS), ya kampus kami
bisa dibilang selalu lebih telat dalam menyelenggarakan UTS maupun UAS
dibanding kampus-kampus lain. Itulah yang membuat kami sulit untuk menentukan
jadwal liburan bersama teman-teman dari universitas lain yang notabene sudah
selesai terlebih dahulu sebelum kami memulainya.
Sistem tentang bagaimana soal yang akan keluar di Ujian Tengah Semester sepenuhnya tegantung kebijakan dosen dari masing-masing kelas yang ia ajar atau bisa juga hasil dari diskusi dosen dan para mahasiswanya. Pihak kampus memberikan kebebasan kepada dosen mengenai tipe soalnya, apakah itu essay ataupun pilihan ganda. Namun kebijakan untuk soal UAS (Ujian Akhir Sekolah) ditangani oleh pihak kampus sendiri. Pihak kampus membuat soal pilihan ganda untuk setiap mata kuliah yang akan muncul di Ujian Akhir Semester.
Di Universitas Gunadarma ini prosentase penilaian dari hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester mungkin berbeda dari universitas lain. Untuk mata kuliah lokal, prosentase nya adalah 70% UTS dan 30% UAS. Disini prosentase UTS lebih besar dibanding UAS, hal ini dikarenakan penyelenggaran UTS yang bisa dibilang tidak benar-benar di tengah semester, namun menjelang semester berakhir, maka tentu saja materi yang sudah dipelajari jauh lebih banyak sehingga membuat prosentasenya besar. Namun, untuk mata kuliah utama prosentasenya adalah 50% UTS dan 50% Ujian Utama.
Pengawas yang
biasa mengawasi kita adalah para staff maupun para dosen. Ada berbagai macam
tipe pengawas, ada yang baik, ada yang cerewet, ada yang galak, ada yang
perhatian, ada yang sangat teliti dan ada yang masa bodo. Tentu saja tipe
pengawas yang kita suka adalah yang santai, baik dan perhatian apalagi kalau
pengawas itu adalah dosen muda yang cantik. Para pengawas biasanya
memberitahukan tentang peraturan-peraturan ujian yang ada sebelum memulai
jalannya ujian. Peraturan standar yang harus kita patuhi contohnya harus
berpakaian rapih, memakai sepatu tertutup, membawa KRS (Kartu Rencana Studi). Setelah
semua peraturan sudah kita penuhi barulah ujian akan dimulai. Kondisi saat kita
melaksanakan ujian terbilang sanagat kondusif, ini karena ruangan yang ditata
sedemikian rupa sehingga terlihat rapih dan tentu saja dibantu oleh para
pengawas agar para mahasiswa tidak berisik.
Dalam
menyelenggarakan ujian kampus kami terbilang lama, bisa memakan 2-3 minggu
lamanya karena tidak setiap hari kita ujian. Kadang berselang 1 hari, 2 hari,
bahkan 4 hari. Hal ini tentu memberikan keuntungan dan juga kerugian untuk
kita. Keuntungannya jelas yaitu kita bisa lebih mempersiapkan diri dalam ujian
mata kuliah yang selanjutnya karena kita mempunyai waktu belajar yang lebih
lama. Ada yang benar-benar mempersiapkan diri untuk belajar namun ada juga yang
malah santai dan tidak terasa kalau dirinya sedang dalam masa ujian. Disamping
keuntungan tersebut, tentu ada kerugiannya pula. Kerugiannya adalah kita jadi
“tertinggal” oleh teman-teman kami yang lain karena mereka sudah selesai UTS
bahkan mau memasuki UAS tetapi kita masih melaksanakan UTS. Selang ujian yang
terlampau jauh juga membuat kita malas belajar dan merasa tidak sedang ujian,
greget ujiannya tidak terasa.
Entah apa yang
membuat kampus kami membuat kebijakan seperti ini, apakah karena ruangan yang
kurang atau bagaimana saya pun tidak mengerti. Namun, karena kita sudah menjadi
bagian dari kampus kami tercinta ini mau tidak mau kita harus mengikuti segala
aturan yang ada di dalamnya. Tentu pihak kampus mempunyai alasan tersendiri
mengapa membuat jadwal yang seperti ini.
Saya mempunyai
kenangan yang boleh dibilang kelam dan ceroboh dalam UTS yang masih saya ingat
sampai sekarang. Sekarang saya sudah semester 3 dan sebentar lagi akan masuk
semester 4, kejadian ini terjadi ketika saya duduk di semester 2. Saya ingat
sekali waktu itu mata kuliah yang diujiankan adalah Pendidikan Kewarganegaraan
jam 08.30. Malam sebelumnya seperti biasa saya dan teman-teman kos selalu tidur
diatas jam 12 malam, entah mengapa hal ini sudah menjadi kebiasaan sampai
sekarang. Tidak ada hal istimewa yang kami lakukan malam itu, kami hanya
ngobrol, nonton tv dan bercanda seperti biasa. Setelah kami rasa sudah terlalu
larut, kami memutuskan untuk tidur karena besok ada UTS. Nah, mungkin disini
yang membuat kami terlambat bangun dan terlambat UTS. Kita tidur dengan
mematikan lampu kamar, padahal sebelumnya walaupun kami tidur lampu kamar tetap
menyala. Karena lampu yang dimatikan, kami tidur lebih pulas. Imbasnya yaitu
kami bangun terlambat, kami bangun sekitar pukul 08.25 padahal UTS dimulai jam
08.30. Kami panik dan langsung bangun dari tempat tidur kemudian menuju kamar
mandi, kami hanya mencuci muka dan gosok gigi karena waktu yang sudah sangat
mepet. Setelah selesai kami langsung ganti baju dan berlari menuju kampus.
Untungnya UTS kita waktu itu di kampus E yang tidak jauh dari kos. Kami berlari
dan benar saja ujian sudah dimulai, kami masuk ke ruang ujian dengan
“ngos-ngosan” seperti habis mengikuti lomba marathon. Untunglah pengawas ujian
masih memperbolehkan kita masuk. Dengan napas yang masih tidak teratur, saya
melihat kertas soal ujian dan ternyata soalnya essay. Saya panik dan langsung
mengisi soal-soal dengan cepat untuk mengejar ketertinggalan dan supaya tidak
kehabisan waktu. Saat saya mencoba menulis tiba-tiba tangan saya gemetaran dan
tulisan saya menjadi berantakan. Mungkin karena panik jadinya seperti ini, saya
mencoba menenangkan diri dan kembali mengisi soal-soal tersebut. Syukurlah saya
dapat menyelasaikannya tepat waktu berkat berpacu dengan waktu. Karena
pengalaman tersebut, saya jadi belajar mengatur waktu dengan baik agar kejadian
tersebut tidak terulang.